Kejahatan mutilasi lebih sadis dari Sumanto, terjadi di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), lagi-lagi dengan tujuan ritual ilmu hitam. Selain bagian-bagian tubuh dipotong-potong lalu dimakan bertahap, sesaat setelah korban dihabisi, Jantung korban dimakan mentah-mentah. Korban anak mantan anggota DPRD Tegal dan keluarga belum tentukan sikap.
Kejahatan sadis ini terungkap Jumat (5/3) setelah pelaku diminta keterangan di Mapoltabes Batam untuk mencari tahu motif pembunuhan terhadap Fahmi (30). Pelakunya adalah Harun (28), teman serumah korban di lokasi kejadian. Mayat korban ditemukan warga Legenda Malaka, Rabu (3/3) dalam kotak triplek berukuran sekitar satu meter kali 50 Cm di belakang ruli depan SMP Negeri 12 Legenda, Batam Centre, sekitar pukul 15.45 WIB.
Posisi mayat dalam kotak tripleks tersebut menelungkup, dengan kaki kanan terlipat kebelakang dan tangan kanan melipat di kepala. Mayat itu terlihat mengering. Sosok
mayat itu ditemukan mengenakan celana pendek yang telah berubah warna dan bau busuk pun tidak menyengat. Diduga mayat tersebut disiram dengan sesuatu sehingga tidak mengeluarkan bau yang menyengat. Harun sendiri terungkap sebagai pembunuh korban, sehari setelah jajaran kepolisian dan tim forensik melakukan penyelidikan. Harun penguni salah satu ruli dan saat mayat ditemukan sempat diwawancarai Batam Pos (Riau Pos Group) dan tidak terkesan sedikitpun sebagai pelaku.
"Saya memukulnya dengan martil di balik semak-semak sebanyak empat kali. Ia (korban, red) langsung tak sadarkan diri," ungkap tersangka di lokasi kejadian saat ditangkap. Harun terus menceritakan aksi yang dilakukannya dengan nada datar. Tubuh korban, lanjutnya diseret beberapa meter menuju lokasi di mana peti yang dijadikannya sebagai kuburan bagi korban itu berada yakni di belakang kamarnya.
Saat diseret, lanjutnya, korban masih pingsan, namun masih bernafas. Tubuh korban dimasukkan lalu ditutup dengan tripleks dan kardus. Untuk memastikan benar tidaknya keterangan korban, jajaran kepolisian sektor Batam Kota melakukan pra rekontruksi kronologis peristiwa tersebut bersama tersangka. Dalam rekonstruksi itu, korban ternyata telah dibunuh sejak 17 Desember 2009 lalu sekitar pukul 23.30 WIB.
Uniknya, tiga bulan berada dalam peti tersebut, mayat korban tak menimbulkan bau busuk menyengat. Padahal peti berisi sosok manusia itu sengaja dibiarkan di alam terbuka. Diduga, pelaku sempat mengkremasi jenazah korban dengan rempah-rempah serta kemenyan untuk menghilangkan bau busuk.
Tersangka mengaku berniat membunuh korban secara sadis karena kesal dengan ulahnya yang suka menghabiskan makanan yang dibeli dan dimasaknya. Ia juga berkelit menaruh dendam kepada korban yang mengaku memiliki ilmu kebal dan sebuah samurai antik bisa menjadikan seseorang kebal terhadap benda tajam jika memegangnya.
"Korban pernah tawarkan samurai itu ke saya. Bilangnya samurai antik itu masih di Jawa, saya kesal karena tak kunjung didatangkan padahal saya tertarik untuk membelinya," katanya.
Penyelidikan pihak kepolisian pun semakin lama mengungkap hal yang menggemparkan. Tidak hanya membunuh dan memasukkan mayat ke dalam peti, Harun juga memotong-motong bagian tubuh korban dan memakan jantungnya. Biadabnya, usai menghabisi korban, ia langsung membedah dada dan memakan jantungnya mentah-mentah.
“Jantungnya saya makan mentah-mentah setelah dadanya saya belah pakai pisau,” ungkap pria asal Kendal, Jawa tengah itu di Mapolsek Batam Kota kemarin (5/3).Tak hanya jantung yang ia makan.
Beberapa hari kemudian setelah pembunuhan itu, ia juga memakan seluruh organ tubuh korban seperti hati, paru-paru serta usus. Organ-organ itu ada yang dipanggang dan digodok dicampur bumbu dapur. Ia juga mengaku rutin pada setiap malam Jumat memakan daging paha, kaki dan tangan setelah tubuh korban dibakar.
Prosesi memakan tubuh korban itu dilakukan dalam sebuah ritual sebagai syarat menekuni ilmu hitam yang tengah dipelajarinya. Kata dia, dengan memakan tubuh korban yang disebut-sebut memiliki ilmu kebal itu, maka ilmu tersebut akan berpindah ke dirinya. “Tujuannya agar ilmun kebal yang dia (korban, red) miliki pindah ke tubuh saya,” katanya.
Selain memakan organ tubuh korban, pelaku juga mencabut dua gigi seri atas. Dua seri ini dilubangi pelaku dan dijadikan mainan kalung. Menurut pelaku, kedua gigi seri itu tidak dipakai setiap hari, hanya saat akan melakukan ritual.
Bagi pelaku, gigi korban juga dijadikan jimat. Kapolsek Batam Kota AKP Suka Irawanto membenarkan pengakuan korban tersebut. Berdasarkan hasil visum, tim forensik tidak menemukan satupun organ dalam tubuh korban. Menurut Suka, tersangka mengaku selalu menyembah dan meletakan sesajen di dekat mayat yang sudah tiga bulan dihabisinya menggunakan martil tak jauh dari rumah mereka.
“Ilmu hitam yang ditekuninya itu katanya bisa untuk pelet dan bisa dijadikan perdukunan untuk melihat isi hati orang,” ujar Suka Irawanto di Mapolsek kemarin (5/3). Tim Forensik Poltabes Barelang dokter Novi Handayani menuturkan, dari visum yang dilakukan jajarannya, terdapat bekas irisan dan retakan di daging dan kepala korban.
Dr Novi mengatakan pelaku cukup rapi menyayat satu per satu bagian tubuh Fahmi. “Sayatannya sangat rapi. Pelaku juga diduga mengambil beberapa tulang iga korban karena hilang ketika jenazahnya ditemukan,” tutur Novi di Mapoltabes kemarin (6/3). Ia juga membenarkan kalau pelaku awalnya membakar tubuh korban sebelum memakannya karena terdapat tanda-tanda pembakaran di tubuhnya yang mulai mengering tersebut. Kata dia, korban awalnya dihabisi dengan benda tumpul dari belakang kepalanya karena terdapat tanda retak pada tengkorak. Tersangka sendiri mengaku memukul kepala korban dengan sebuah martil besi berukuran sedang.
Anak Mantan Anggota DPRD Tegal
Aksi kanibalisme ala Sumanto yang dilakukan Harun (28) terhadap Fahmi Iswandi (30) menyisahkan luka mendalam keluarga korban yang tinggal Desa Pagerbarang RT 01 RW 03 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal Jawa Tengah. JPNN menyambangi rumah korban. Suasana kediaman keluarga Fahmi di RT 01 RW 03 Desa Pagerbarang Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal, tampak sepi saat JPNN berkunjung Sabtu (6/3) kemarin. Keluarga, teman dekat hingga tetangga Fahmi tampak shock mendengar kabar salah satu anggota keluarga mereka menjadi korban kanibalisme.
Apalagi dalam kesehariannya, Fahmi yang biasa disapa Yiyi itu, dikenal ramah terhadap rekan-rekannya. Pria yang merupakan alumni Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Hakli Semarang tahun 1996 itu, dikenal suka menolong tetangga.
"Dia sering menolong tetangga yang kesulitan, ramah dan tidak pernah berbuat onar. Orangnya mudah akrab dengan orang lain dan belum pernah membuat masalah dengan warga yang lain," terang Bari, Ketua RT 01 RW 03 Desa Pagerbarang Kecamatan Pagerbarang.
Salah satu rekan dekat korban, Wasirun (45), mengaku sangat terkejut atas berita meninggalnya Fahmi. Dia masih belum mempercayai bahwa korban mutilasi itu adalah salah satu rekannya yang tengah merantau ke Batam. "Terus terang saya masih belum percaya, kita tunggu saja hasil tes DNA untuk mendapatkan kepastiannya," ungkap Wasirun.
Sementara, kakak ipar korban, Yuswan, mengatakan, pihak keluarga masih dalam keadaan berkabung dan masih belum dapat menentukan sikap yang akan dilakukan. Namun demikian, untuk sementara pihak keluarga korban hanya akan menggelar doa dan tahlil di kediaman mereka untuk mendoakan arwah almarhum Fahmi. "Saya sebagai juru bicara keluarga, saat ini kami sedang berkabung dan belum bisa memberikan keterangan. Yang jelas, kami masih belum menentukan apakah akan ke Batam atau tidak, kami akan berembug terlebih dulu," terang Yuswan.
Yuswan juga menjelaskan, Fahmi, merupakan anak kedua dari pasangan almarhum H Ikin Sodikin dan Hj Indrati Juarmi (65). Saudara tertua Fahmi, Ismi Farhati (44) telah berkeluarga dan menetap di Semarang Jawa Tengah.
Sementara adik Fahmi, Adi Isdiana Fahman (35) saat ini merantau ke Jakarta. Keluarga Fahmi termasuk terpandang di mata para tetangganya, karena Hj Indrati Juarmi, ibu kandung korban, merupakan pensiunan bidan dan juga mantan anggota DPRD Kabupaten Tegal periode tahun 1999-2004 dari Fraksi Golkar.
"Kami tak menyangka nasib Fahmi berahir begini," ujar Yuswan. Tak jauh dari rumah orangtua Fahmi, suasana duka juga meliputi rumah mertuanya. Pasangan Karya (70) dan Tarsini (63), mertua Fahmi, mengaku sangat terkejut dan sedih mendengar menantunya meninggal dengan cara sadis.
Karya menuturkan, Fahmi menikahi putrinya, Rukiyah (38), pada 2002 lalu. Sepanjang delapan tahun masa penikahannya, Fahmi dikaruniai seorang putri yang bernama Salsabila Qurotul Aeni (6), yang biasa disapa Salsa. Saat ini, Salsa masih duduk di bangku kelas 1 SDN Pagerbarang 01 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Sementara Rukiyah, istri Fahmi, hingga kini masih mengadu nasib sebagai TKW di Malaysia.
"Anak saya berangkat ke Malaysia Agustus 2008 lalu, rencananya bulan Agustus ini sudah kembali karena masa kontraknya selama dua tahun sudah habis. Kasihan dia kalau nanti mendengar kabar meninggalnya Yiyi," ujar Karya lirih.
Dikatakan Karya, rumah tangga anaknya itu selama ini berjalan normal. Di mata Karya, keduanya nampak saling mengasihi, apalagi setelah kelahiran buah hati mereka. "Memang ada jarak beberapa waktu setelah menikah, sampai kemudian Rukiyah hamil. Setelah itu, anak dan menantu saya tinggal di rumah saya dan kadang-kadang di rumah orangtua Fahmi. Toh jaraknya juga dekat, jadi mereka sering bolak-balik," tutur Karya.
Kesedihan karya semakin besar jika melihat Salsa. Apalagi cucunya itu belum menyadari kepergian ayahnya untuk selama-lamanya itu. Namun demikian, sebagai mertua Fahmi dan kakek bagi Salsa, Karya berjanji akan turut merawat Salsa yang merupakan satu-satunya buah pernikahan Fahmi dan anaknya, Rukiyah.(aan/nur/cr3/rpg/jpnn/hpz)
0 komentar:
Posting Komentar